Wahai Robb masih nampak dalam ingatanku tatkala ia ucapkan "kuterima nikahnya fulanah binti fulan" yang telah menghalalkan apa yang sebelumnya diharamkan.
Wahai Robb masih belum terlupa tatkala tangannya aku cium pertanda penghormatan pertamaku kepadanya...
Wahai Robb masih belum hilang rasanya aku mengandung dan melahirkan putra2 ku yang bernasab kepada namanya....
namun mungkin ketetapan takdir yang tertuliskan atasku 50.000 tahun sebelum Engkau menciptakan langit dan bumi telah memberikanku pelajaran, bahwa cinta antar bani adam takkan bisa selaras tatkala ia tidak beringingan sejalan dengan cara mencintaimu wahai Rabb..
dia yang dahulu kuharapkan mampu menjadi pemimpin dan membimbing ku dan anak-anakku bersama di dunia dan disurgamu kelak, namun kini dia adalah pelajaran berharga yang menjadi pengingatku akan hadist nabi Shalallahu alaihi wasalam yang mengatakan kepada para orangtua : Jika datang melamar kepadamu orang yang engkau ridho agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah dengannya, jika kamu tidak menerimanya, niscaya akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang luas.” (HR. Tirmidzi, hasan)
Mungkin dahulu aku lupa akan kebaikan agama dan akhlaknya... mungkin aku dahulu belum mengetahui bagaimana agama dan akhlaknya.... atau mungkin dahulu aku menginginkannya hanya karena dunia.,... itulah diriku... sebagaimana halnya anak cucu adam tak pernah lepas dari dosa dan kesalahan... dan aku sadar.. semua musibah, ujian yang menimpaku tak lain adalah karena dosa dosa ku.... aku teringat firman Allah dalam Al Quran “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuraa: 30)
Wahai Robb yang ada di langit, tatkala badai itu datang... maka kesabaran kami tak mampu bertahan diatasnya... memang benar... badai yang besar itu takkan mampu membuka simpul tali... aku hanya sebuah tulang rusuk yang bengkok... yang akan patah jika ia dipaksa dengan kasar dalam merubahnya...
Jika aku bisa memilih takdir... aku ingin memiliki suami seperti Muhammad Bin Abdullah Rasulullah Shalallahu Alaihiwasalam...
Jika aku bisa memilih takdir.... aku ingin memiliki suami seperti Abdullah bin Abu Kuhafah Abu Bakar Assiddiq...
Jika aku bisa memilih takdir..... aku ingin memiliki suami semacam gagahnya Umar Bin Khattab....
Jika aku bisa memilih takdir.. aku ingin memiliki suami seperti Ustman bin Affan...
Jika aku bisa memilih takdir ya Robb aku ingin memiliki suami sekaliber Ali bin Abi Thalib...
Tapi... akan tetapi dialah suamiku.... dialah ayah dari anak-anakku... dialah orang yang darahnya mengalir di dalam darah anak-anakku,... dialah... dialah.. yang tatkala emosi layaknya seorang yang tak pernah lepas dari tongkatnya...
Dialah... yang dahulu aku panjatkan dalam setiap doa-doaku yang kini telah menyimpan hati yang lain di kedua matanya... dialah... dia yang dahulu aku merasa bangga tatkala di panggil nyonya sebelum disebutkan namanya...
Dialah yang dahulu.... aku bangga-banggakan diantara orang tua dan teman-temanku... dialah.. dialah...
Namun kini.. aku dihadapkan pada tenggelamnya bahtera yang selama ini kami naiki... kami hampir tenggelam.. namun syukur itu masih aku lantunkan atas nikmatMu atas kedua Ibu Bapakku.. yang selalu memberikan 11 Maaf tatkala diri ini melakukan 10 kesalahan, yang masih mampu memberikan aku kekuatan untuk berkata masih ada hari esok untuk aku dan buah hatiku...
Wahai Robb... Maafkan hati yang sudah terpecah belah dan hancur ini... Maafkan aku yang telah menjadikan anak buah Iblis bangga akan pekerjaannya... sebuah hadist dari nabimu yang membuatku aku sedih telah membantu anak buah iblis bekerja.. yaitu hadist.. “Sesungguhnya Iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut) kemudian ia mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan berkata, “Aku telah melakukan begini dan begitu”. Iblis berkata, “Engkau sama sekali tidak melakukan sesuatupun”. Kemudian datang yang lain lagi dan berkata, “Aku tidak meninggalkannya (untuk digoda) hingga aku berhasil memisahkan antara dia dan istrinya. Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, “Sungguh hebat (setan) seperti engkau” (HR Muslim IV/2167 no 2813)
Wahai Robb... Bantu aku perbaiki diri ini... Karena balasan dari kebaikan adalah kebaikan.... aku ingin menjadi lebih baik.. agar aku mendapat salah satu takdir baik itu untuk imam ku kelak... karena aku beriman dengan firmanMU yang berkata bahwa wanita yang baik-baik untuk laki-laki yang baik...
Karena... Kebaikan setelahnya akan datang setelah kebaikan sebelumnya aku lakukan.....
Ya Allah! Sesungguhnya aku adalah hambaMu, anak hambaMu (Adam) dan anak hamba perempuanMu (Hawa). Ubun-ubunku di tanganMu, keputusanMu berlaku padaku, qadhaMu kepadaku adalah adil. Aku mohon kepadaMu dengan setiap nama (baik) yang telah Engkau gunakan untuk diriMu, yang Engkau turunkan dalam kitabMu, Engkau ajarkan kepada seseorang dari makhlukMu atau yang Engkau khususkan untuk diriMu dalam ilmu ghaib di sisiMu, hendaknya Engkau jadikan Al-Qur’an sebagai penenteram hatiku, cahaya di dadaku, pelenyap duka dan kesedihanku.” (HR. Ahmad: 1/391, dishahihkan oleh Al Al Bani)
Untukmu......................
(Abu Salwa Rahmat Hidayat)
di Tulis di Pusat Kota Jakarta
16 Shofar 1440 H
25 Oktober 2018.